SAVANNA & SAMUDRA
Judul : Savanna & Samudra
Penulis : Ken Terate
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2018
Tebal : 352 Halaman
Rating Usia : 17+
“Setelah papanya
meninggal, Savanna-mahasisiwi cemerlang yang terbiasa hidup serba mudah- dihantam
masalah bertubi-tubi; kehilangan pacar, putus kuliah, dan berurusan dengan
penagih hutang. Namun, ujian terberatnya adalah bekerja sebagai pelayan kedai
susu.
Dikedai dia bertemu Alun,
cowok norak, gaptek, dan tak bisa meng-update Facebook. Cowok itu memang mencerahkan harinya, tapi juga
memperumit masalahnya. Sava tersentak menyadari cinta ternyata bisa mengkhianati
akal sehat. Masa sih dia jatuh cinta pada Alun, cowok desa yang tak pernah kuliah
dan melarat? Di sisi lain, Haris-mantan pacar Sava yang sempurna- muncul
kembali. Hal itu membuatnya bingung mana yang harus dia pilih: cinta atau
logika?
Selain itu, Sava tidak mau
menjadi pelayan seumur hidup, tapi dia juga tidak tahu apa yang diinginkan
dalam hidupnya. Lantas, adakah jalan lain yang bisa ditempuh? Dan... apa yang
harus Sava lakukan?”
Hai-hai-haii aku kembali
dan yah kali ini aku ingin mereview sebuah novel yang kebetulan dari penulis
yang sama yaitu Ken Terate. Awalnya aku menilai sampul dan blurb dari novel ken
kali ini lumayan imut dan klise, aku merasa konflik pada ceritanya akan sangat ringan
dan penuh romantika ke cheesy an ala-ala remaja. Tapi ternyata aku salah-yah
memang sebagai manusia kita sering kali menilai(bahkan bisa saja menghakimi) dengan
apa yang kita lihat sepintas saja.
Pada bab awal-awal novel
ini aku merasakan kesedihan,kemuraman dan yang paling utama ikut terbawa oleh
kebingungan Savanna . Bayangkan aja seorang perempuan muda yang tergolong dari
keluarga serba ada dimana sebelumnya dia menjalani hidupnya secara mudah dengan
apapun yang sudah disiapkan orang tua terutama sang papa. Tiba-tiba tumpuan
dalam hidupnya meninggalkan dia dengan adik serta mamanya yang pada mulanya
terkesan tidak bisa apa-apa. Savanna dengan kemampuannya yang kala itu sangat
terbatas untuk menghadapi badai besar yang datang dalam hidupnya bisa dibilang
sangat pontang-panting untuk melanjutkan kehidupannya.
Lalu, dengan berbagai
usaha agar dia bisa bertahan hidup dengan segala keterbatasan dan kejatuhan
dalam hidupnya(yang tentu sama sekali tidak ia duga sebelumnya) terpaksa
bekerja di sebuah kedai susu. Disinilah petualangan Savanna dimulai terutama
setelah ditandai dengan pertemuanya dengan Alun, Koh Abeng dan Miss Lani.
Menurutku tempo cerita
dalam novel ini termasuk pelan namun pasti. Penulis terkesan tidak tergesa-gesa
dalam menceritakan satu persatu konflik antar tokoh. Tapi dibalik alur cerita
yang pelan aku sama sekali tidak merasakan kebosanan karena Ken Terate tentu lumayan
mahir menguak kisah-kisah yang tersembunyi. Selain itu penulis juga lagi-lagi
menggambarkan watak karakter-karakter dalam novel ini lumayan relate sekali
dengan kehidupan nyata seperti Savanna karakter utama dalam novel dimana ia
tentu mempunyai segala kekurangan dan kelebihannnya yang sangat manusiawi,
sifat mamanya Sava yang pada mulanya sangat menyebalkan dan tentu si Alun yang
terlihat sangat “sederhana” namun menurutku bisa dibilang dia sangat menarik
apabila ada dikehidupan nyata.
Banyak pelajaran hidup
yang terkandung dinovel ini karena setelah melalui beberapa bab, novel ini
tidak hanya menyuguhkan romansa namun isu-isu yang seringkali terjadi dalam
keluarga pada umumnya seperti bagaimana komunikasi antara orang tua dan anak,cara
didik orang tua terhadap anaknya,maupun luka batin yang ternyata bisa hinggap
pada siapa saja termasuk ketika seseorang sudah menjadi orang tua. Selain itu setelah
membaca novel ini saya semakin sadar
bahwa kita sebagai manusia memang
kerap kali hanya melihat dari satu sisi segala hal apalagi yang bersangkutan
mengenai sifat seseorang, dengan begitu kita akan teramat mudah menghakimi
mereka tanpa mengulik dan coba memahami asal-muasal mereka menjadi seperti itu.
Dari kisah yang dialami Savanna saya juga belajar bahwa kehidupan itu memang tidak
akan selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan(apalagi ekspetasikan), banyak
kejutan-kejutan tak terduga akan datang tanpa diundang dan kerap kali
mengacaukan ritme hidup yang pada mulanya nyaman dan tenang. Tapi kita juga
harus mengingat bahwa pada nyatanya hidup nggak akan selamanya diselimuti
dengan badai maupun pelangi terus menerus, selama kita hidup kita akan
merasakan kedua hal tersebut secara bergantian serta bagaimana kita harus tetap
berjuang disegala keterputukkan.
Terakhir sebagai penutup
review kali ini, ada beberapa kalimat favorite ku yang diucapkan oleh beberapa
tokoh dalam novel ini yaitu :
“Nduk,tahukah kamu rasanya membawa
sekarung kentang dipundakmu siang-malam setiap hari?. Pasti capek banget. Begitulah
rasanya saat kita memelihara ketidak jujuran. Letakkan karung itu Nduk. Letakkan
bebanmu. Percayalah.” –Koh Abeng.
(Hal.201)
“Serigala berbulu domba. Domba berbulu
serigala. Apapun itu, hidup seseorang dibalik bulu-bulu itu jauh lebih rumit
dibanding segala motif bulu digabung jadi satu.” –Alun Samudra (Hal.214)
“Mungkin kita cuma melompat dari satu kesalahan
ke kesalahan yang lain. Tapi,diantara kesalahan-kesalahan itu ada hikmah dan
pelajaran kan? Malah kadang-kadang ada senangnya juga. Kita hanya bisa
berusaha,lalu menerima jalan hidup kita.” –Atika Mariyati(mamanya Sava) (Hal.334)
Komentar
Posting Komentar